Kamis, 23 Oktober 2014

al-qur'an dan kecerdasan

Sebuah kajian baru membuktikan bahwa semakin banyak hafalan seseorang terhadap Al-Qur’an Al-Karim, maka semakin baik pula kesehatan. Dr. Shalih bin Ibrahim Ash-Shani’, guru besar psikologi di Universitas Al-Imam bin Saud Al-Islamiyyah, Riyadh, meneliti dua kelompok responden, yaitu mahasiswa/i Universitas King Abdul Abdul Aziz yang jumlahnya 170 responden, dan kelompok mahasis Al-Imam Asy-Syathibi yang juga berjumlah 170 responden.

Jumat, 05 September 2014

kecerdasan dalam al-Qur'an

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
            Seiring pesatnya perkembangan zaman di bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi,makin marak pula penelitian mengenai peran karakter bagi kesuksesan seseorang.Hal itu di tandai dengan mencuatnya wacana IQ(Intelligence Quotient),EQ(Emotional Quotient),SQ(Spiritual Quotient) Dan ESQ(Emotional Spiritual Quotient) yang sudah tidak asing lagi terdengar di telinga sebagian orang.
            Pada umumnya orang beranggapan bahwa keceerdasan hanya berkaitan dengan ilmu pengetahuan,ukuran intelektualitas,dan kepandaian semata.Walaupun kecerdasan terkadang dikaitkan dengan aspek spiritualitas,tapi itu pun hanya sekilas.
            Bahkan ada muslim yang menganggap bahwa al-qur’an tidak berpengaruh apapun dalam membentuk kecerdasan yang ada pada diri manusia.Padahal al-qur’an dapat digunakan sebagai kekuatan,pemicu,penuntun kecerdasan.Tapi hanya sedikit yang menyadari hal tersebut.Sedangkan sudah jelas bahwa al-qur’an merupakan sumber segala disiplin ilmu.

Pengaruh Bacaan Al-Quran terhadap Fisiologi dan Psikologi Manusia

"Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, simaklah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat" (QS 7: 204).

Al-Quran diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw untuk umat manusia sampai akhir zaman. Fungsi Al-Qur'an antara lain sebagai petunjuk (hudan), sumber informasi/penjelasan (bayan), pembeda antara yang benar dan yang salah (al-furqan), penyembuh (syifa'), rahmat, dan nasehat/petuah (mau'idzah).

Senin, 09 Januari 2012

Qishosul Qur'an

Tujuan Pemaparan Kisah-kisah Naratif di dalam Al-Qur’an Al-Qur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad yang paling besar. Kitab suci ini selain berisi ajaran yang diterima Rasulullah, juga banyak berisi cerita-cerita, sehingga di dalam Al-Qur’an sendiri, terdapat suatu surat bernama al-Qashash. Cerita-cerita yang terdapat dalam Al-Qur’an pada hakikatnya tidak bisa dipisahkan dari peranan yang diemban Nabi saw. dalam melaksanakan tugasnya sebagai Rasul. Pengetahuan yang diberikan Allah kepada Rasulullah selain untuk membangkitkan semangat juang Nabi, juga sebagai salah satu bentuk dari mukjizat yang menunjukkan betapa Nabi sebagai seorang yang ‘ummi mempunyai pengetahuan yang sedemikian banyaknya tentang peristiwa-peristiwa masa lalu. Pengetahuan ini amat perlu karena selain memberikan keyakinan kepada masyarakat Arab pada masa itu tentang kebenaran yang beliau bawa, juga merupakan senjata yang amat ampuh dalam menghadapi tantangan orang-orang Yahudi yang berusaha menggagalkan misi yang dibawa oleh Rasulullah. Qashash al anbiyaa’

Jumat, 06 Januari 2012

Tujuan Qishosul Qur'an

Apa sih tujuan dari kisah2 naratif dalam Al-Qur'an?mau tahu?yuk simak.....!!! Tujuan Pemaparan Kisah-kisah Naratif di dalam Al-Qur’an Al-Qur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad yang paling besar. Kitab suci ini selain berisi ajaran yang diterima Rasulullah, juga banyak berisi cerita-cerita, sehingga di dalam Al-Qur’an sendiri, terdapat suatu surat bernama al-Qashash. Cerita-cerita yang terdapat dalam Al-Qur’an pada hakikatnya tidak bisa dipisahkan dari peranan yang diemban Nabi saw. dalam melaksanakan tugasnya sebagai Rasul. Pengetahuan yang diberikan Allah kepada Rasulullah selain untuk membangkitkan semangat juang Nabi,

Selasa, 03 Januari 2012

makalah al-qur'an makki madani

PEMBAHASAN 

A. Pengertian Surat Makiyah dan Madaniyah 
Ada tiga pengertian yang dipakai para ulama’ dalam mengartikan surat makiyah dan madaniyah, yaitu : Pertama: Surat Makiyah adalah yang diturunkan di Makkah walaupun turunnya itu setelah hijrah. Yang termasuk turun di Makkah adalah daerah-daerah yang masih dalam kawasan Makkah, seperti di Mina, Arafah, dan Hudaibiyah. Sedangkan surat Madaniyah adalah yang diturunkan di Madinah. Yang termasuk turun di Madinah adalah seperti di kawasan Badar dan Uhud. Pembagian ini berdasarkan tempat turunnya Al-Qur’an (segi makani), tetapi hal ini tidak bisa dijadikan patokan atau batasan, karena hal ini tidak mencakup ayat-ayat yang diturunkan di selain Makkah dan Madinah. Tidak diragukan lagi bahwa tidak adanya batasan dalam pembagian itu menyebabkan tidak masuknya sejumlah ayat yang diturunkan diantara keduanya. Dan yang demikian ini mengandung cacat. Kedua: Surat Makiyah adalah yang mengkhitobi penduduk Mekkah, sedangkan ayat Madaniyah adalah yang mengkhotobi penduduk Madinah. Dari pengertian ini, dapat difahami bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yang dimulai dengan ياايهاالناس adalah ayat Makiyah, dan ayat-ayat yang dimulai dengan ياايهاالذين امنوا adalah termasuk ayat Madaniyah. Karena kebanyakan orang kafir itu dari penduduk Makkah, meskipun dari penduduk Madinah juga ada yang kafir. Sedangkan orang-orang yang beriman kebanyakan dari penduduk Madinah, walaupun dari penduduk Mekah juga ada yang beriman. Pembagian ini didasarkan pada mukhotobnya (segi khitobi), tetapi ketentuan tadi mengecualikan dua hal : 1. Tidak adanya patokan dan batasan. Sebenarnya permulaan surat dalam Al-Qur’an tidak hanya dimulai dengan salah satu kedua lafadz tersebut. 
Sebagaimana dalam permulaan suratal-Munafiqun: اذاجاءك المنافقون قالوانشهدانك لرسول الله والله يعلم انك لرسوله والله يشهد ان المنا فقين لكادبون. (المنا فقون:1) 
 Artinya : “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu,mereka berkata:”Kami mengakui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rosul Allah”. Dan Allah mengetahui sesungguhnya kamu benar-benar Rosul-Nya; Dan Allah mengetahui sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.(QS.Al-Munafiqun:1). 2. Pembagian ini tidak berlaku secara umum dalam kedua sighot tersebut, melainkan terdapat ayat-ayat Madaniyah yang dimulai dengan sighot “Yaa Ayyuhan Naasu”dan terdapat ayat-ayat Makiyah yang dimulai dengan “Yaa Ayyuhal Ladziina Amanu”. Contoh yang pertama QS. An-Nisa’. Sebenarnya surat ini termasuk surat Madaniyah, namun permulaannya “Yaa Ayyuhan Nasu taku Robbakum”. Sedangkan contoh yang kedua adalah QS. Al-Hajj. Sebenarnya surat ini termasuk dalam kelompok surat Makiyah. Namun pada bagian akhir terdapat : يـــا ايها الذ ين امنوا ار كعوا واسجد وا . 
Sehingga sebagian ulama mengatakan, apabila yang dimaksud adalah sebagian besar ayat itu dimulai dengan ungkapan tersebut, maka yang demikian itu adalah benar. Ketiga: Ayat Makiyah adalah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebelum nabi hijrah, walaupun turunnya di lain kota Mekah. Sedangkan ayat Madaniyah adalah yang diturunkan setelah nabi hijrah, walaupun turunnya di Makkah. Pembagian ini dilihat dari waktu turunnya (segi zamani). Pembagian ini adalah pembagian yang benar dan selamat dari cacat, karena di sini terdapat patokan dan batasan yang barlaku secara umum.Oleh karena itu,kebanyakan ulama’ berpegang pada pendapat ini. Sebagaimana firman Allah SWT: اليوم اكملت لكم دينكم واتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الاسلام دينا 
Artinya : “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamu,dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhoi Islam itu menjadi agama bagimu.(Al-maidah:3) Ayat ini diturunkan pada hari Jum’at di Arafah ketika haji Wada’, tetapi ayat ini termasuk ayat madaniyah.

Kodifikasi Al-Qur'an

BAB II PEMBAHASAN 

1 Pengertian Kodifikasi Al-qur’an Pengumpulan (kodifikasi Al-Qur’an) mempunyai 3 pengertian :

 1. Pengumpulan dalam konteks hifdzuhu (menghafal dan mengekspresikannya) Pengumpulan Al-qur’an dalam konteks ini pertama kali terjadi pada masa Rosulullah SAW, sehingga beliau adalah hafidz atau penghafal Al-Qur’an pertama kali. Dan merupakan contoh paling baik bagi para sahabat dalam menghafalnya. Hal ini selaras dengan ayat Al-Qur’an yang Artinya : Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk membaca Al-qur’an karena hendak cepat-cepat menguasainya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya maka itulah bacaannya itu. Kemudian atas tanggungan kamilah penjelasannya (QS. Al Qiyamah (75) : 16-19 ) Metode hafalan Rosulullah SAW : 
 1. Allah sudah menaruh hafalan tersebut di dada Rosul 
2. Malaikat Jibril menurunkan wahyu dan membacakannya 
 3. Nabi mendengarkan dan memperhatikannya 
 4. Setelah itu beliau baru membacanya 

 2. Pengumpulan dalam konteks kitabatuhu kullihi (penulisan Al-Qur’an secara keseluruhan) Keistimewaan-keistimewaan kedua untuk Al-Qur’anul Adzim ini adalah pengumpulan dan penulisannya pada lembaran-lembaran, baik penulisan ini dengan pemisahan ayat-ayat dan surat-suratnya atau menertibkan ayat-ayat semata dan setiap surat ditulis dalam satu lembaran secara terpisah, ataupun menertibkan ayat-ayat dan surat-surat dalam lembaran-lembaran yang terkumpul yang menghimpun semua surat sebagiannya ditulis sesudah bagian yang lain. 3. Pengumpulan lewat rekaman bacaan Al-Qur’an (murottal) A. Pengertian Murottal Yang dimaksud dengan pengumpulan lewat rekaman adalah pelestarian Al-qur’an dengan cara merekam dalam pita suara. Sudah diketahui bahwa terdapat hukum-hukum bacaan (tajwid ) yang harus diperhatikan oleh pembacaan Al-Qur’an. Hukum-hukum bacaan tidak mungkin kuat kecuali lewat penerimaan lisan secara langsung. Untuk menguatkan (tahqiq)Hanya bisa lewat media yang merupakan metode para ahli baca Al-Qur’an. Sementara pada masa sekarang, media dan alat perekam suara telah ditemukan dan bacaan bisa diulang kembali. Dalam rangka menyebarkan Al-Qur’an dan mengembangkannya di dunia islam terutama di negr-negri yang kekurangan pakar. Alat tersebut dapat digunakan sebagai media terbaik untuk memelihara dan mempelajari Al-Qur’an. Dan cara pelaksanaan tahapan ini adalah pembacaan yang berulang-ulang dari sang qori’. Al-Murottal berasal dari kata Ratlu As-Syaghri(tumbuhnya sama bagus dengan masaknya, dan merekah atau membelah ). Sedangkan menurut istilah adalah bacaan yang tenang, keluarnya huruf dari makhroj sesuai dengan semestinya yang disertai renungan makna. Ada yang berpendapat bahwa a-murottal adalah menjaga keluarnya huruf-hiruf(makhroj) , memperhatikan waqof-waqof(tanda berhenti ). 

Wikipedia

Hasil penelusuran