Jumat, 06 Januari 2012

Tujuan Qishosul Qur'an

Apa sih tujuan dari kisah2 naratif dalam Al-Qur'an?mau tahu?yuk simak.....!!! Tujuan Pemaparan Kisah-kisah Naratif di dalam Al-Qur’an Al-Qur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad yang paling besar. Kitab suci ini selain berisi ajaran yang diterima Rasulullah, juga banyak berisi cerita-cerita, sehingga di dalam Al-Qur’an sendiri, terdapat suatu surat bernama al-Qashash. Cerita-cerita yang terdapat dalam Al-Qur’an pada hakikatnya tidak bisa dipisahkan dari peranan yang diemban Nabi saw. dalam melaksanakan tugasnya sebagai Rasul. Pengetahuan yang diberikan Allah kepada Rasulullah selain untuk membangkitkan semangat juang Nabi,
juga sebagai salah satu bentuk dari mukjizat yang menunjukkan betapa Nabi sebagai seorang yang ‘ummi mempunyai pengetahuan yang sedemikian banyaknya tentang peristiwa-peristiwa masa lalu. Pengetahuan ini amat perlu karena selain memberikan keyakinan kepada masyarakat Arab pada masa itu tentang kebenaran yang beliau bawa, juga merupakan senjata yang amat ampuh dalam menghadapi tantangan orang-orang Yahudi yang berusaha menggagalkan misi yang dibawa oleh Rasulullah. Qashash al anbiyaa’ ‘kisah-kisah para Nabi’ banyak dipaparkan di dalam Al-Qur’an. Tidak hanya Rasulullah saw., tetapi juga para Nabi sebelum beliau. Meskipun demikian, Al-Qur’an juga menyajikan kisah-kisah yang menyangkut berbagai peristiwa, seperti kerajaan Saba’, kisah Iskandar Zulkarnain, Ahlul Kahfi, kerajaan-kerajaan dan kota-kota besar yang pernah berjaya tetapi kemudian hancur, dll. Kisah-kisah tersebut tentunya dipaparkan untuk memberikan tauladan kepada kaum muslim. Secara garis besar, berikut ini adalah tujuan pemaparan kisah-kisah tersebut: • Meringankan penderitaan yang dirasakan oleh para Nabi dan kaum muslim dalam menegakkan kebenaran. “Sesungguhnya Kami mengetahui bahwa engkau (Muhammad) berduka cita karena perkataan mereka. Sesunggunya mereka tiada mendustakan engkau (dalam hatinya), tetapi orang-orang aniaya yang menyangkal ayat-ayat Allah.” (al-An’am: 33) • Memanatapkan pendirian Nabi dan umat muslim, sehingga mampu bertahan sampai tercapai kemenangan. “Masing-masing riwayat Kami kisahkan kepada engkau, di antara kisah-kisah para Rasul supaya Kami tentaramkan hatimu; dan telah datang kebenaran dan pengajaran serta peringatan bagi orang-orang yang mukmin.” (Hud: 120) • Menegakkan nilai-nilai baru untuk menghancurkan kebiasaan masyarakat yang bobrok, seperti hikmah dari kisah kebiasaan kaum Luth. “(Kami) utus Luth ketika ia berkata kepada kaumnya, ‘Adakah kamu berbuat kejahatan yang belum diperbuat oleh seseorang di antara isi ala mini? Sesungguhnya kamu ingin kepada laki-laki, bukan kepada permpuan, bahkan kamu adalah kaum yang berlebih-lebihan. Sebagai hukuman, maka Allah menghukum mereka dengan hujan batu agar menjadi peringatan bagaimana kaibatnya orang-orang yang berbuat dosa.” (al-A’raf 80-81) • Mengajarkan nilai kejujuran dalam melakukan kegiatan ekonomi dan hubungan sosial lainnya. “(Kami utus) ke Madyan seorang saudaranya Syu’aib. Ia berkata, ‘Hai, kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada bagimu tuhan selain daripada-Nya. Sesungguhnya telah datang keterangan kepadamu dari Tuhanmu. Sebab itu sempurnakanlah sukatan dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan hak manusia dan jangan pula berbuat kebinasaan di muka bumi sesuadah baiknya. Demikian itu lebih baik bagimu jika kamu orang beriman.’” Saya jadi teringat akan pernyataan seorang dosen di sebuah universitas Islam yang menyatakan bahwa apa yang dikisahkan di dalam Al-Qur’an hanyalah simbol belaka. Kisah diturunkannya Nabi Adam ke dunia bukanlah kisah nyata. Ia menambahkan bahwa surga yang dimaksud tidak ada. Kisah itu adalah simbol kehidupan manusia yang harus berusaha keluar dari pemikirannya yang picik untuk survive menjalani alam nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Wikipedia

Hasil penelusuran